Unknown








MEMAHAMI ANAK DENGAN GANGGUAN
ADD DAN ADHD



Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Matakuliah Anak Berkebutuhan Khusus



Disusun oleh :
Evi Kurniawati (292012184)
Hamidah (292012215)



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SETYA WACANA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "
MEMAHAMI ANAK DENGAN GANGGUAN ADD DAN ADHD”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari tentang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.











PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seperti juga autisme atau gangguan-gangguan menyeramkan, misalnya lupus dan HIV/AID; gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif, atau yang lebih dikenal dalam Bahasa Inggris ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) saat ini banyak dibicarakan, dipermasalahkan, dan diusahakan untuk ditangani. Ini gejala yang fenomenal karena dalam pandangan awam, gangguan ini bagi mereka lebih biasa disebut penyakit merupakan gejala baru yang seolah-olah entah dating dari mana secara sekonyong-konyong. Jadi kalau disebut menggegerkan, tidaklah berlebihan.
Terhadap berbagai gangguan semacam ADHD ini, demikian luasnya pembicaraan orang. Para professional pun sering kewalahan menjawab dan menjelaskan pertanyaan serta situasi yang sebenarnya terjadi terhadap penderita dan orang tua penderita. Kadang bukan pertanyaan melainkan permasalahan dan keterangan yang memancing diskusi.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa terhadap gangguan-gangguan yang begitu cepat memasyarakat ini, terdapat peluang untuk terjadinya hiruk-pikuk mengenai masalah ini. Tentu saja peluang untuk justru membangun pencerahan dan penambahan pengetahuan.
Rumusan Masalah
Bagaimana memahami anak dengan gangguan ADD dan ADHD?
Tujuan
Memahami anak gangguan ADD dan ADHD






PEMBAHASAN
ADD (Attention Deficit Disorder) adalah anak yang mempunyai perhatian buruk atau pendek dan memiliki impulsivitas tidak sesuai dengan usia anak. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) jika anak ADD tidak muncul sikap hiperaktif maka anak dengan diagnosa ADHD memiliki sikap atau menunjukkan hiperaktifnya.
Pengertian  Attention Deficit Hiperaktif Disorder (ADHD) menurut Barkley (1991) sebagai sebuah gangguan dimana respons menjadi terhalang dan mengalami disfungsi pelaksanaan yang mengarah pada kurangnya pengaturan diri,lemahnya untuk mengatur perilaku untuk tujuan sekarang dan masa depan serta sulit beradaptasi secara social dan perilaku dengan tuntutan lingkungan.
Gejala ADHD ada tiga jenis  yang berbeda menurut DSM-IV
  1. ADHD yang didominasi oleh sikap masa bodoh
  2. ADHD yang didominasi oleh sikap hiperaktif
  3. ADHD campuran
Pengenalan berbagai jenis gejala ini sangat penting agar bisa tepat penangananya.

Masalah Sosial

Kemampuan bersosialisasi penting sekali guna mencapai keberhasilan hidup, sayangnya anak penderita ADHD mengalami banyak sekali masalah dengan lingkungan sekitarnya, menurut Pelham dan Milich (1984) mereka paling jarang dipilih oleh rekan sebayanya sebagai sahabat karib, rekan dalam berbagai aktifitas atau teman sebangku.
Laporan guru menyatakan bahwa anak anak ini sering terlibat perkelahian, senang menyela, serta tidak disukai atau ditolak oleh teman-temannya. biasanya orang yang memiliki gangguan ini mereka mempunyai masalah sosial yang serius. Dimana masalah sosial ini semakin tumbuh ketika anak tumbuh besar. Hubungan pertemanan yang baik pada masa kanak-kanak dapat memprediksikan kebiasaan dan tingkah laku positif mereka pada waktu dewasa nanti.begitu juga jika rasa percaya diri mereka rendah pada saat berteman, maka akan juga turut terbawa hingga mereka dewasa.

Pengobatan Psikofarmakologis

Dua kelompok utama yang menangani anak-anak penderita ADHD adalah dokter dan  psikiater.75% kunjungan dilakukan oleh dokter sedangkan sisanya psikiater. Hal ini bukan berarti psikiater hanya berperan 25% saja, karena dokter bisa menangani mereka rata-rata 3-4 sekali setahun,sedangkan psikiater hanya rata-rata sebulan sekali. Seorang dokter akan memberikan satu obat stimulant, sedangkan psikiater mungkin memberikan satu obat stimulant, namun lebih sering menyarankan suatu metode terapi kombinasi hingga 50%.
Berdasarkan hasil study yang dilakukan MTA Pelham (1999) mendapati bahwa anak-anak yang ditangani dengan terapi obat-obatanan yang ketat oleh para psikater memperoleh hasil yang lebih baik ketimbang komunitas dokter yang memberikan obat bagi anak itu. Bersamaan dengan itu meningkat pulalah efeksampingnya. Efeksamping ini meliputi sulit tidur (insomnia), kurangnya nafsu makan, sakit perut, pusing, timbulnya keteganggan saraf yang makin memburuk, kembalinya kebiasaan ADHD begitu pengaruh obat-obatan melemah, labilnya emosi, menjengkelkan, penarikan diri terhadap masyarakat, dan efek merusak (Smucker dan Hedayat, 2001)

Bila seorang anak hendak mengembangkan suatu kepribadian yang sehati, maka ia harus belajar mengenal realitas, mengendalikan perasaan, menyelaraskan perasaan dan tindakan, memusatkan perhatian, serta menyusun sesuatu.
Mendiagnosis gejala-gejala ADHD
Kegagalan memusatkan perhatian   :
  1. Kerap gagal memberikan perhatian pada segala rincian atau ceroboh dalam mengerjakan pekerjaan rumah,tugas,aktifitas lainnya
  2. Sering sulit memusatkan perhatian saat mengerjakan tugas atau bermain
  3. Sering tampak tidak mendengarkan saat diajak bicara secara langsung
  4. Kerap tidak mengikuti petunjuk atau gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah,tugas,kegiatan di tempat pekerjaan(bukan karena tidak memahami petunjuknya)
  5. Kerap memiliki kesulitan dalam mengorganisasi tugas dan aktifitas
  6. Sering menghindari,tidak menyukai,atau enggan terlibat dalam pekerjaan pekerjaan yang membutuhkan pikiran(seperti pekerjaan sekolah atau rumah)
  7. Sering kehilangan barang barang keperluan sehari hari(seperti mainan,pekerjaan sekolah,pensil,buku atau peralatan)
  8. Kerap dikacaukan oleh rangsangan pengaruh dari luar
  9. Kerap lupa pada aktifitas sehari-hari
Hiperaktivitas
  1. Sering gelisah pada tangan dan kaki yang senantiasa bergerak
  2. Sering meninggalkan bangku dikelas atau pada kesempatan lainnnya tempat seharusnya ia duduk
  3. Kerap berlari kesan kemari atau memanjat sesuatu pada situasi yang tidak tepat
  4. Kerap memiliki kesulitan yang bersikap tenang pada saat bermain atau bersenang senang
  5. Sering bertingkah laku seolah olah’digerakkan oleh sebuah motor’
  6. Sering berbicara berlebihan
Implusivitas
  1. Kerap terburu buru menjawab bahkan sebelum pertanyaa selesai diucapkan
  2. Kerap mengalami kesulitan dalam menunggu giliran
  3. Sering menyela atau menyerobot orang lain ( seperti saat berbicara atau bermain )
Sesorang didiagnosis ADHD sebagian,bila ia tidak mengalami seluruh gejala yang terdaftar diatas.
Faktor Budaya
Pada kenyataannya studi yang lebih belakangan memperlihatkan bahwa perbedaan etnis atau kondisi sosio-ekonomi tidak mempengaruhi tingkat penderita ADHD
Meskipun demikian, Reid(1995) dapat memperlihatkan adanya keterkaitan budaya yang dapat dipertanggung jawabkan bila sang anak diuji di negerinya sendiri, seperti misalnya Cina (dengan nilai rata-rata yang rendah) dibandingkan dengan Selandia Baru dan London selatan (dengan nilai rata-rata tertinggi)
Hal-hal umum
Makin muda sang anak, maka tipe ADHD yang paling mungkin dideritannya adalah hiperaktivitas-implusivitas. Sementara itu, dikalangan remaja lebih banyak didominasi oleh jenis acuh tak acuh. Pria dipandang lebih beresiko menderita ADHD, meskipun rasio perbandingan penderita pria dan wanita (3 : 1) tidaklah berbeda oleh tipe diagnosisnya.). Sebaliknya,ada laporan yang mengatakan bahwa wanita sesungguhnya lebih beresiko menderita ADHD (Bussing ,Schoenberg, Rogers, Zima dan Angus, 1998) karena diyakini bahwa anak perempuan lebih beresiko terkena  jenis acuh tak acuh yang tidak tamapak secara terang-terangan sehingga kerap luput dari perhatian orang tua atau pendidik. ada anggapan bahwa wanita jarang menderita gangguan ini,karena ADHD dipandang sebagai gangguan kejiwaan pada ‘pria’ ini dibuktikan oleh fakta bahwa wanita yang dilaporkan mederita gangguan ini mengalami akibat buruk yang lebih parah.
Selanjutnya,ada anggapan bahwa sekitar 40% dari orang yang telah didiagnosis menderita ADHD semasa kanak-kanak akan tetap mengalami gejala-gejala ADHD pada masa dewasanya (Klein, & Manuuzza,1991),meskipun angka ini berkisar hingga 70% pada penelitian yang lebih mutakhir.
Gejala-Gejala yang timbul bersamaan
Ada penemuan yang  bahwa anak-anak penderita ADHD memiliki kecendurungan yang tinggi untuk mengalami gangguan kejiwaan lainnya. Dari penelitian umum yang dilkukan, maka gangguan dalam pola kebiasaan, perasaan (mood), rasa takut berlebihan, serta masalah pada kecerdasan kognitif baik ditengah masyarakat atau sekolah,tampak semakin meningkat dalam penelitian selama 4tahun.ini umumnya terjadi pada penderita ADHD tipe kombinasi (ADHD-C). serta anak anak yang berusia lebih tua.
Semua jenis ADHD ini memperlihatkan hubungan dengan gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan rasa takut berlebihan, meskipun ADHD-C yang terparah.Anak anak yang lebih muda juga memperlihatkan tingkat ketakutan sosial (social phobia) yang lebih tinggi ketimbang anak anak usia sekolah dasar dan remaja.

Proses Belajar dan Performa Penggunaan Metode Pengujian Standar
Gangguan atau keterlambatan belajar dapat dilihat dari hasil Tes Kecerdasan Weschler bagi anak anak (WISC-III).
Menurut Pineda, Ardilla dan Rosselli(1999), anak anak penderita ADHD memperoleh nilai yang lebih rendah dalam berbagai pengujian WISC-R, dengan pengecualian uji pengetahuan tentang kemiripan, membuat kalimat, serta melengkapi gambar, dimana nilai mereka lebih tinggi. Terlepas dari semua itu, rata-rata skala kecerdasan intelektual (IQ) anak-anak penderita ADHD hanya tiga angka lebih rendah. Hasil uji memperlihatkan bahwa anak-anak penderita ADHD mengalami kelemahan dalam mengingat, menyusu konsep, serta kelancaran berbicara.
Interaksi lingkungan
Seay (1999) bahwa anak penderita ADHD cenderung gelisah. Mereka menggulig-gulingkan kursinya menghentak-hentakkan akinya atau mengetuk-ngetuk jari dengan tujuan untuk memuaskan kehiperaktifannya. Ia mencatat bahwa gejala kognitif yang hadir dikalangan anak-anak (juga remaja dan dewasa) yang memiliki andil terhadap permasalahan yang lebih luas. Masalah ini terdiri dari blinking, scanning, multitracking, flooding, radial thinking dan hiper-focus.
Blinking berarti seseorng mudah kehilangan focus atau konsentrasi dan kemudian mengarahkan kembali perhatiannnya pada tema atau topic yang sedang didiskusikan. Jika hal ini terjadi selama percakapan atau di sekolah, maka sang anak sering tidak dapat menangkap maknannya. Mereka harus meminta orang lainuntuk mengulang apa yang telah dibicarakan, atau mengatakan bahwa mereka tidak paham dengan apa yang diucapkan orang itu.
Scanning terjadi bila pikiran tidak dapat menyaring rangsangan atau cerapan yang berasal dari dunia luar. Anak penderita ADHD mudah sekali terpengaruholeh ucapan seorang guru, suara lalat yang terbang diluar kelas, pembicaraan anak lainnya, suara kapur tulis, dan lain sebagainya. Mereka tidak bias memisahkan mana objek yang seharusnya menjadi pusat perhatiannya dan mana yang tidak. Ini dapat menyebabkan sang anak dipandang kurang memperhatiakan atau tidak tertarik dengan sesorang atau subjek tertentu.
Multitracking mirip dengan scanning dengan berbagai rangsangan yang bias mempengaruhi sang anak. Perbedaannya terletak pada kemampuan sang anak untuk mengikuti atau memusatkan perhatian pada satu objek pencerapan dari luar tersebut. Hanya saja masalahnya, ia mudah sekali melompat-lompat dari atu objek cerapan ke objek lainnya. Akiat nyata dari hal semacam ini adalah tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung dengan orang lain serta kehilangan kesinambungan dalam bekerja.
Flooding didefinisikan sebagai “system berulang dari penderita ADD yang dengan sekejap menyerap segala sesuatu dilingkungannya, sebegitu rupa sehingga hal ini membanjiri mereka , dan menyebakkan mereka beraksi berlebihan bila dibandingkan dengan orang lain” (Seay, 1999). Akibatnya, seseorsng menarik diri dari situasi yang terlalu menyakitkan untuk ditanggung, meskipun orang lain tidak menganggapnya demikian.
Radial thinking adalah ketidak mampuan seorang penderita ADHD untuk berfikir secara sitematikdan dalam rangkaian yang logis. Mereka bias segera memulai membicarakan topic lain hanya karena dipicu oleh satu kata saja dari pembicaraan sebelumnya. Akibatnya, seseorang seseorang sulit memahami apa yang disampaikan oleh penderita ADHD, dn hal ini menimbulkan frustasi baik bagi penderiata maupun yang diajak bicara.
hiper-focus adalah perhatian berlebihan dari seorang penderita ADHD terhadp suatu objek. Bila penderita ADHD akhirnya sanggup untukmemusatkan perhatian pada suatu objek, maka perhatian itu akan menjadi sangat mendalam sehingga segala yang lain akan diabaikan, bahkan bisa lupa tidur. Akibatnya, keluarga, kawan, dan hal-hal lainntidak dipedulikannya.
Pengaruh keluarga
Banyak berkembang mitos-mitos seputar penyebab ADHD. Yang paling tersebar luas adalah orangtuanya yang merasa bahwamereka telah gagal. Orangtua mengancam anaknya Karen tidak dapat mengendaliakan diri. Tetapi pada gilirannya, orangtua juga dikritik karena tidak sanggup mengendalikan anaknya {Wright, 1999). Masalah yang seperti lingkaran setan ini menciptakan ketegangan yang tak terkatakan ditengah-tengah keluarga.
Oleh Karen itu bila sang anak didiagnosis menderita ADHD, maka kita tidak hanya perlu mendidik sang anak saja, melainkan juga keluarganya. Kehidupan keluarga dengan anak penderita ADHD dapat didefinisikan sebagi “usaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mengganggu kehidupan keluarga dengan seorang anak penderita ADHD dengan berusaha untuk meminimalkan efek samping yang ada” dengan masalah yang  terpusat pada perilaku anak penderita ADHD itu (Kendall, 1998). Brown (1997), maka suasana ditengah-tengah keluarga semacam ini digambarkan tengah diliputi tekanan jiwa kronis serta frustasi, serta keterasingan sosial, dan penuh sesak oleh “udara” penyalahan diri sendiri.
Penyebab utamanya tidak lain dan tidak bukan adalah sang anak penderita itu sendiri. Anak iu melakukan sesuatu untuk menarik perhatian orang lain, hal ini memunculkan efek sekunder, yakni peniruan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya yang lebih muda terhadap perilaku  buruk penderita ADHD itu. Akibatnya, akan timbul masalah lain berupa aksi balas dendam yang dilakukn saudara-saudarnya (dan terkadang orangtuanya) terhadap anak penderita ADHD itu. Ini mengakibatkan putusnya pola komunikasi efektif menjadi teriakan, perkelahian, saling berdiam diri (Kendall, 1998)
Karena itu keluarga harus sanggup melewati masa prasekolah dan pubertas (yang dipandang sebagai masa yang paling bermasalah) dari anak penderita ADHD, dimana sikap ini merupakan hal berharaga sejati dalam keluarga. Selain itu, orangtua juga harus mampu menerima anaknya apa adanya dan tidak menuntutnya untuk menjadi seorang anak yang”normal”(Kendall,1998).
Pasangan suami istri barangkali merasa menyesal menjadi orang tua dari seorang anak penderita ADHD yang merepotkan tetapi tidak bertanggung jawab.mereka akan merasa diabaikan dan marah bila si penderita terlibat dalam aktivitas di  luar rumah atau memusatkan perhatiannya pada sesuatu secara berlebihan di rumah (Bemporad,1998).suami istri dapat pula merasa bahwa penderita ADHD itu tidak peduli terhadap keluarga,tatkala mereka gagal menyelesaikan pekerjaan rumah sehari-hari secara terus-menerus (Jaksa, 1999).
Anak-anak mungkin merasa bingung dengan aturan-aturan dan harapan yang saling bertentangan ,tidak hanya diantara kedua orang itu,melainkan juga pada salah satu orang tua penderita ADHD itu sendiri dalam kurun waktu yang berbeda.Meereka mungkin akan merasakan ketakutan untuk bertindak salah sebagai akibat dari rasa frustasi dan ketidak-sabaran yang mendera orang tua(Jaksa, 1999)
Tindakan-tindakan semacam ini,yang disertai dengan kegagalan untuk menepati janji pada diri mereka sendiri dan keluarga bahwa kesalahan itu tak akan terjadi lagi,dapat menyebabkan seorang penderita dewasa merasa frustasi,bersalah,dan gagal(Jaksa, 1999).Pada gilirannya,hal ini dapat menyebabkan penarikan diri lebih lanjut dari lingkaran keluarga.Inilah alasannya mengapa konsultan pernikahan dan pribadi sering diperlukan sebagai bagian dari terapi gabungan bagi orang dewasa penderita ADHD.
PLUS  MINUS CONCERTA ( OBAT UNTUK PENDERITA ADHD )
Sejumlah obat-obatan untuk mengobati penderita ADHD telah membanjiri pasaran,bersama-sama dengan Ritalin yang telah lebih dahulu ada. Namun,terdapat obat baru bernama Concerta,yang keberadaannya di pasaran masih relatif sedikit dibandingkan dengan obat-obatan ADHD lainnya. Tetapi,obat baru ini mulai populer dan ikut ambil bagian dalam kancah pengobatan ADHD.
Meskipun Concerta menawarkan lebih banyak kelebihan dibandingkan obat ADHD lainnya,namun penggunaan Concerta juga menimbulkan berbagai efek samping. Oleh karena itu, penderita ADHD anak-anak dan orang tua mereka harus menyadari nya terlebih dahulu sebelum memutuskan penggunaan obat ini.
Concerta diberikan sehari sekali pada penderita ADHD serta ADD. Ketika diperkenalkan ke pasar, Concerta merupakan obat pertama yang bekerja atau berfungsi secara bertahap atau perlahan-perlahan dalam tubuh manusia.Ia merupakan modifikasi dari Adderall.Adderall XR, yang diikuti dengan sistem kerja bertahap.
Kapsul Concerta memiliki lapisan luar yang larut dengan cepat dalam tubuh,sedangkan dua lapisan bagian dalamnya larut secara perlahan-lahan seiring dengan waktu.
Sistem kerja secara bertahap ini menghasilkan perlindungan selama 12 jam dan memberikan efek yang lebih merata terhadap gejala-gejala ADHD,
Efek Samping Concerta
Efek samping Concerta tampaknya lebih sedikit dibandingkan dengan Ritalin dan Dexedrine. Meskipun efek samping Concerta dikatakan lebih sedikit dibandingkan obat-obatan sebelumnya,tetapi ia tetap memiliki efek samping,sebagaimana halnya obat-obatan ADHD lainnya.
Efek samping Concerta meliputi :
  • Sakit perut
  • Merasa jengkel, gelisah,permusuhan dan kesedihan
  • Ketergantungan obat
  • Pening
  • Sakit kepala
  • Ketegangan urat saraf
  • Tidak dapat tidur atau tidur terlalu lama
  • Menimbulkan demam,sinusitis,infeksi pernapasan bagian atas
  • Mual dan muntah
  • Alergi
  • Meningkatnya tekanan darah
  • Gangguan kejiwaan (pemikiran yang tidak normal atau halusinasi).

Meskipun demikian,hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan dengan Concerta terbukti 70% efektif dalam menurunkan gejala-gejala ADD,di mana ini sama efektifnya dengan penggunaan Ritalin, Adderall dan Strattera.
Walaupun secara umum beberapa jenis obat-obatan ADHD memiliki tingkat keefektifan yang sama,tetapi patut diingat bahwa anak-anak dan dewasa akan bereaksi secara berbeda pula.Ritalin berpeluang menimbulkan beberapa efek samping yang berat,sedangkan Concerta barangkali memiliki efek yang lebih ringan.Efek samping Adderall timbul dengan cara yang berbeda bila dibandingkan dengan efek samping Strattera.
Banyak penderita ADHD dan orang tua dari anak yang menderita ADD berhasil dengan metode diet makanan tambahan,khususnya yang mengandung asam amino dan asam lemak esensia. Strategi orang tua dalam menangani anaknya yang menderita ADHD adalah mengawasi secara bergantian,menyesuaikan lingkungan sekolah dan rumah,umpan balik secara biologis(biofeedback),program neuro-linguistik,latihan melepaskan ketegangan, dan olahraga.
Sukses terbesar dapat dicapai dengan bersikap sabar,tekun,berani serta mencoba untuk mengombinasikan beberapa langkah atau strategi yang tepat.

PENUTUP
Kesimpulan
o   Anak yang terkena gangguan ADHD memerlukan dukungan dan perlakuan secara intensif dari keluarga dan lingkungannya.
Saran
o   Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab dan cara penanggulangan untuk menekan angka penderita ADHD dan agar anak yang terkena gangguan ADHD dapat diperlakukan dengan benar.












LAMPIRAN
  1. anak yang mempunyai perhatian buruk atau pendek dan memiliki impulsivitas tidak sesuai dengan usia anak merupakan ….
  1. ADHD
  2. ADD
  3. Autis
  4. Hiperaktif
  1. Obat yang populer untuk mengobati penderita ADHD adalah…
  1. Ritalin
  2. Diatabs
  3. Paramex
  4. Concerta
  1. Efek samping dari Concerta, kecuali…
  1. Sakit kepala
  2. Pening
  3. Diare
  4. Mual muntah
  1. Anak penderita ADHD lebih efektif ditangani oleh…
  1. Psikiater
  2. Dokter
  3. Konselor
  4. Perawat
  1. Macam macam gejala ADHD,kecuali….

  1. ADHD yang didominasi oleh sikap masa bodoh
  2. ADHD yang didominasi oleh sikap hiperaktif
  3. ADHD campuran
  4. ADHD yang didominasi autis